Profil

Foto saya
Kota Tangerang, Banten, Indonesia
Tiada usaha yang ikhlas, kecuali Insyaallah akan dibalas oleh Allah. Belajar adalah usaha, maka Insyaallah, Allah akan membalas dengan memudahkan belajar seseorang dan menambahkan ilmu atas usahanya

ZAWIYAH

Senin, 28 Oktober 2013

Isim Tafdhil


ISIM TAFDHIL
ISIM TAFDHIL adalah isim yang dibentuk dengan pola أَفْعَلُ  atau pola  فُعْلَى (khusus muannats) untuk menunjuk makna lebih atau paling.
Perhatikan kalimat berikut :
1.   الْمَدْرَسَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْمَسْجِدِ
2.   الْمَسْجِدُ أَصْغَرُ مِنَ الْمَدْرَسَةِ
3.   الاِسْتِقْلاَلُ أَكْبَرُ الْمَسَاجِدِ فِي جَاكَرْتَا
4.   لِلقرآنِ آثارٌ عُظْمَى فِي تَطْوِيْرِ اللُّغَة الْعَرَبِيَّة

Arti kalimat di atas adalah:
1.       Sekolah lebih besar dari masjid
2.       Masjid lebih kecil dari sekolah
3.       Istilal adalah masjid terbesar di jakarta
4.       Al-Quran memiliki pengaruh paling besar dalam pengembangan bahasa Arab

Penjelasan:
Isim Tafdhil ketika diikuti huruf jar من maka menunjukkan arti lebih …dari , adapun jika tidak diikuti huruf jar من  dan terkadang diikuti oleh kata bentuk jamak, maka isim tafdhil mengandung arti paling/ ter.., dan bila isim tafdhiil menggunakan pola فعلى  maka ia berkedudukan sebagai naat dari kata sebelumnya yang muannats.

Perhatikan contoh berikut:
وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ) البقرة 217)
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (التوبة20)
يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ (الحج 13)
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (الاعراف180)
يَا رَسُولَ اللهِ لاَ نَجِدُ إِلاَّ أَمْثَلَ مِنْ سِنِّهِ فَقَالَ أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خَيْرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ قَضَاء (الحديث )


Ada dua kata yang ketika yang bermakna lebih dari atau paling namun tidak mengikuti pola isim tafdhil di atas, tetapi ia tetap pada bentuk aslinya. Kedua kata itu adalah  خير (baik, lebih baik, paling baik) dan شرّ  (buruk, lebih buruk, paling buruk)
 Contoh :
·         إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُون ( الأنفال 22)
·         سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ ؟ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ قِيلَ : فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ ؟ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ.(الحديث )

Kamis, 24 Oktober 2013

Inna wa Akhwatuha



إن وأخواتها
Uraian huruf  Inna dan Kawan-kawanya adalah seb agai berikut:
No
Huruf
Arti
1
إِنَّ
Sesungguhnya, sungguh
2
أَنَّ
Bahwa, bahwasanya
3
كَأَنَّ
Sepertinya, seolah-olah
4
لَكِنَّ
Akan tetapi
5
لَعَلَّ
Semoga, mudah-mudahan, boleh jadi
6
لَيْتَ
Seandainya

Inna dan kawan-kawannya memasuki jumlah ismiyyah. Ketika ia memasuki jumlah tersebut, maka isimnya  isim Inna dan I’rabnya menjadi Mansub (nasab) dan Khabarnya disebut khabar inna menjadi Marfu (rafa’) Adapun apa tanda Nasab dan tanda rafa, untuk lebih lengkap, silahkan perhatikan kembali pada tampilan dars ke-7 tentang Kana wa akhwatuha.
Contoh kalimat:
Tanda Nashab
 dan alasannya
الجملة
Fathah, karena isim mufrad
  إِنَّ اللهَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ

Huruf Ya, karena jamak mudzakkar salim

عَرَفْنَا أَنَّ الْمُؤْمِنِيْنَ يُصَلُّوْنَ

Kasrah, karena jamak muannats salim

حَضَرْتُ وَلَكِنَّ الطَّالِبَاتِ مُتَأَخِّرَاتٌ

Tetap seperti aslinya, karena dhomir, dan dhomir itu mabni
كَأَنَّـهُمْ رُءُوْسُ الشَّيَاطِيْنِ
Tetap seperti aslinya, karena isim isyarah, dan isim isyarah itu mabni
لَيْتَ هَذِهِ تَنْفَعُكَ
Tetap seperti aslinya, karena isim maushul, dan isim maushul itu mabni
لَعَلَّ الَّذِيْنَ خَرَجُوا شَاهَدُوْهَا

Beberapa catatan:
1.     Bila isim Inna dan kawan-kawannya dari isim yang Mabni (dhomir, isim maushul dan isim isyarah) maka tanda nasabnya biarkan apa adanya.
2.     Bila huruf إن – أنّ – كأنّ   diikuti huruf    ما  sehingga menjadi  إِنّما – أنّما – كأنّما dan huruf  لكنْ  (yang akhirannya sukun) maka huruf-huruf tersebut tidak lagi berfungsi menasabkan atau tidak memberi pengaruh apa-apa pada kata yang datang setelahnya.