درس كان وأخواتها
Dars Kana wa Akhwatuha
Telah dipelajari pada
dars sebelumnya bahwa, apabila suatu kalimat terdiri dari mubtada dan khabar,
maka rangkaian kalimat tersebut dinamakan JUMLAH ISMIYYAH, perhatikan
contoh-contoh jumlah ismiyyah tersebut berikut ini:
1.
الطّالِبُ نَشِيْطٌ
2.
فَاطِمَةُ حَاضِرَةٌ
3.
الْخَادِمُوْنَ
مُجْتَهِدُوْنَ
4.
الْمُدَرِّسَاتُ
نَشِيْطَاتٌ
5.
القط دَخَلَ الْبَيْتَ
6.
عَبْدُ اللَّهِ
يَذْهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَة
7.
الْمِنْبَرُ
فِي الْمَسْجِدِ
Kalimat diatas semuanya dinamakan Jumlah Ismiyyah, karena
terdiri dari mubtada dan khabar. Kata-kata yang dicetak hitam berkedudukan
sebagai Mubtada (subyek, pokok kalimat) sedangkan kata yang dicetak biru berkedudukan sebagai khabar (predikat,
penjelas)
Setiap Mubtada haruslah berupa isim (kata benda) sedangkan
khabar bisa berupa isim (seperti pada no: 1, 2, 3 dan 4). Khabar bisa juga
berupa fiil (seperti pada no 5 untuk fiil madhi dan no. 6 untuk fiil mudhari), dan khabar juga
bisa berupa rangkaian huruf jar dan isim majrur (seperti no.7)
Setiap khabar itu keadaan akhirnya rafa (marfu’), adapun
tanda rafa biasanya ditandai dengan harakat dhommah. TAPI tidak semua tanda
rafa’ itu dhommah, Perhatikan tanda I’rab pada Khabar berikut ini!
CONTOH A
I’rab
khabar dan tandanya
|
Jumlah Ismiyyah
|
no
|
Tandanya adalah dhommah, karena isim mufrad (tunggal)
|
الطّالِبُ نَشِيْطٌ
|
1
|
Tandanya adalah dhommah, karena isim mufrad (tunggal)
|
فَاطِمَةُ حَاضِرَةٌ
|
2
|
Tandanya adalah wawu, karena isim jamak mudzakkar salim
|
الْخَادِمُوْنَ مُجْتَهِدُوْنَ
|
3
|
Tandanya adalah dhommah, karena isim jamak muannats salim
|
الْمُدَرِّسَاتُ
نَشِيْطَاتٌ
|
4
|
Tandanya tidak berubah, karena fiil
|
القط دَخَلَ الْبَيْتَ
|
5
|
Tandanya tidak berubah, karena fiil
|
عَبْدُ اللَّهِ يَذْهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَة
|
6
|
Tandanya tidak berubah, karena jar majrur
|
الْمِنْبَرُ فِي الْمَسْجِدِ
|
7
|
Pada asalnya, keadaan akhir dari khabar adalah rafa (marfu’)
ketika jumlah ismiyyah tersebut kosong dari kata apapun yang menjadikan mubtada
atau khabarnya berubah, TAPI perhatikan apa yang terjadi pada khabar kalimat di
atas ketika jumlah ismiyyah tersebut diawali oleh salah satu dari KANA WA
AKHWATUHA berikut ini:
CONTOH B
I’rab Khabar
Kana wa akhwatuha dan tandanya
|
Jumlah Ismiyyah
|
No
|
Tandanya adalah fathah, karena isim mufrad (tunggal)
|
كَانَ الطّالِبُ نَشِيْطًا
|
1
|
Tandanya adalah fathah, karena isim mufrad (tunggal)
|
لَيْسَتْ فَاطِمَةُ حَاضِرَةً
|
2
|
Tandanya adalah Ya, karena isim jamak mudzakkar salim
|
صَارَ الْخَادِمُوْنَ
مُدَرِّسِيْنَ
|
3
|
Tandanya adalah Kasrah, karena isim jamak muannats salim
|
أَصْبَحَتِ الْمُدَرِّسَاتُ
نَشِيْطَاتٍ
|
4
|
Tandanya tidak berubah, karena fiil
|
ظَلَّ الْقِطُّ دَخَلَ الْبَيْتَ
|
5
|
Tandanya tidak berubah, karena fiil
|
مَازَالَ عَبْدُ اللَّهِ
يَذْهَبُ إِلَى الْمَدْرَسَة
|
6
|
Tandanya tidak berubah, karena jar majrur
|
أَخْطُبُ مَادَامَ الْمِنْبَرُ فِي
الْمَسْجِدِ
|
7
|
JADI
Perubahan khabar yang asalnya marfu
dan diberi tanda akhir dhommah dan lainnya seperti pada contoh A, kini berubah
menjadi mansub yang ditandai dengan tanda akhir fathah dan lainya seperti pada contoh
B, perubahan pada khabar ini disebabkan hadirnya Kana wa akhwatuha yang mengawali
jumlah ismiyyah tersebut.
KESIMPULANNYA
Kana wa akhwatuha KETIKA mengawali jumlah ismiyyah, maka isim kana-nya menjadi marfu,
dan khabar kana-nya menjadi mansub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan beri masukan